*Oleh : Dr. Noviardi Ferzi
Pada momentum peringatan ke-97 Hari Sumpah Pemuda (28 Oktober 2025), para pemuda provinsi Jambi secara tegas menyampaikan tuntutan serta keyakinan kepada Gubernur Al Haris agar menjaga dan memperkuat akhlak, karakter, serta mental dalam mengemban amanah kepemimpinan, karena kepemimpinan tak hanya soal kebijakan, tetapi juga soal teladan.
Sebagai generasi yang akan meneruskan estafet bangsa, para pemuda menyoroti bahwa aset terbesar daerah ini adalah manusia dengan integritas.
Pemuda adalah penerus perjuangan bangsa, dan ketika kita bicara kepemimpinan daerah maka yang dibutuhkan bukan hanya visi dan program, tetapi juga akhlak dan karakter yang kokoh.
Baca juga:
Sengkarut Hitam di Koto Boyo, Menyingkap Modus Mafia Batubara Jambi
Aksi Ilegal Mafia Batubara Jambi
Batubara Jambi : Wajah Telanjang Mafia Tambang dari IUP, Reklamasi Hingga Royalti
APBD Jambi dan Batu Bara: Etalase Gagal Paham yang Dipertontonkan
Dalam konteks ekonomi dan pembangunan daerah, pemuda ini menekankan: pemimpin yang menjaga moral dan karakter akan mampu menciptakan ekosistem yang sehat — baik dalam pengelolaan keuangan daerah maupun pelayanan publik.
Kepercayaan masyarakat, kata mereka, tumbuh dari kejujuran, mental kerja keras, dan etika yang konsisten.
Dalam semangat sumpah pemuda Gubernur Al Haris diharapkan kepemimpinannya hanya dengan rutinitas seremonial.
Saatnya kita meminta sumpah pemuda bukan sekadar seremoni tiap tahun, tapi bukti nyata bahwa kepemimpinan ini dijalankan dengan akhlak, karakter, dan mental yang siap menghadapi tantangan.
Sebagai pengamat, saya melihat tuntutan ini sangat relevan. Di tengah persaingan global dan tuntutan tata kelola pemerintahan yang semakin tinggi, pondasi kepemimpinan yang baik — yakni karakter, akhlak, dan mental — bukan lagi bonus, melainkan kebutuhan utama.
Bila pemimpin menjaga itu dengan konsisten, maka pembangunan yang inklusif, transparan, dan bertanggung jawab akan semakin mungkin terwujud.
Pemuda Jambi dengan semangat Sumpah Pemuda berharap agar Gubernur Al Haris menjawab panggilan zaman ini: bukan cukup menjadi figur yang hadir di acara, tetapi menjadi figur yang mampu memimpin dengan hati nurani, integritas, dan karakter yang kuat.
Karena pada akhirnya, moral kepemimpinan menentukan arah pembangunan dan kepercayaan masyarakat.(*)
*Penulis adalah akademisi dan pengamat kebijakan publik tinggal di Kota Jambi
Editor: Admin


